22 Agustus 2008

Sajak


Wahai
Wahai ku lihat engkau dalam semak belukar
Bercerita tentang malam memabukkan bersama debu jalan
Seakan tersadar dirimu dari mimpi indah
Wahai ku lihat engkau membawa seuntai senandung diatas pasir senja
Tertawa; bernyanyi; lalu membisu bahwa itu hanya semu
Ada hanyalah lampu-lampu gelisah penderitaan
Bukan alunan musik Mozart atau irama padang pasir
Wahai ku lihat engkau dalam genggaman tangan
Tengadah jauh residu udara kota antara batas malam pekat
Menerbangkanmu seperti asap penjarah kota
Wahai….
Wahai…..
Wahai….
Engkau berteriak kesakitan
Tertimbun penat disudut tempat sampah
Hanya berteriak: Wahai …wahai…penguasa…
(dalam rintihan)


Perjalanan Purba

Ia kibaskan sayap pada ranting yang telah lapuk
Begitu purba menyisakan kerinduan yang menyakitkan
Teramat jauh ia berjalan
Hingga lupa bahwa di seberang ada pelabuhan
Ia tak ingat akan beranda atau
Seberkas cahaya dari jendela rumah yang ditinggalkan
Begitu saja semua berlalu
Teramat jauh ia menyusuri jalan tapak demi tapak
Hingga hutanhutan yang tak mengenal wajah manusia
Ia tetap mengibaskan sayap pada ranting yang telah lapuk
Tak perduli akan jejaknya yang tertinggal di halaman rumah

{adh_saraz@yahoo.co.id}

Tidak ada komentar: