21 April 2011

PUISI WAJIB SAYEMBARA SASTRA

SIAP SEDIA
Chairil Anwar
Kepada Angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras membatu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu.

Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalis berhenti,
Tapi sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.

Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang menghilang,
Langkahmu nani enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.

Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahagia nyata.

Kawan, kawan,
Menepis segar angin terasa,
Lalu menderu menyapu awan,
Terus menembus surya cahaya,
Memancar pencar ke penjuru segala,
Riang menggelombang sawah dan hutan,
Segala menyala-nyala !
Segala menyala-nyala !

Kawan, kawan,
Dan kita bangkit dengan kesedaran,
Memucuk menerang hingga belulang,

Kawan, kawan,
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang !

BERI DAKU SUMBA
Taufik Ismail
di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

RAKYAT
Hartoyo Andangjaya
Rakyat ialah kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka

Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta

Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa

MALAM TELUK
Abdul Hadi W.M.
Malam di teluk
menyuruk ke kelam
Bulan yang tinggal rusuk
padam keabuan

Ratusan gagak
Berteriak
Terbang menuju kota

Akankah nelayan kembali dari pelayaran panjang
Yang sia-sia? Dan kembali
Dengan wajah masai
Sebelum akhirnya badai
mengatup pantai?

Muara sempit
Dan kapal-kapal menyingkir pergi
Dan gonggong anjing
Mencari sisa sepi

Aku berjalan pada tepi
Pada batas
Mencari

Tak ada pelaut bisa datang
Dan nelayan bisa kembali
Aku terhempas di batu karang
Dan luka diri

CERITA BUAT DINTAMAILA
Chairil Anwar
Beta Pattiradjawane
jang didjaga datu datu
Tjuma satu

Beta Pattiradjawane
kikisan laut
berdarah laut

beta pattiradjawane
ketika lahir dibawakan
datu dajung sampan

beta pattiradjawane pendjaga hutan pala
beta api dipantai,siapa mendekat
tiga kali menjebut beta punja nama

dalam sunyi malam ganggang menari
menurut beta punya tifa
pohon pala, badan perawan djadi
hidup sampai pagi tiba

mari menari !
mari beria !
mari berlupa !

awas ! djangan bikin bea marah
beta bikin pala mati, gadis kaku
beta kirim datu-datu !

beta ada dimalam, ada disiang
irama ganggang dan api membakar pulau …….

beta pattiradjawane
jang didjaga datu-datu
tjuma satu

KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU
Taufik Ismail
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan Indonesia padaku

Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan Indonesia padaku

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan Indonesia padaku

DOA UNTUK ANAK CUCU
WS.Rendra
Bismillaahirrahmaanir rahiim

Ya Allah Di dalam masa yang sulit ini,// di dalam ketenangan// yang beku dan tegang//

di dalam kejenuhan// yang bisa meledak menjadi keedanan// aku melihat ada muslihat// yang tak jelas juntrungannya// Ya, Allah// Aku bersujud kepadamu// Lindungilah anak cucuku//

Lindungilah mereka// dari kesabaran// yang menjelma menjadi kelesuan,// dari rasa tak berdaya// yang kehilangan cita-cita//

Ya, Allah// Demi ketegasan mengambil resiko// ada bangsa yang dimesinkan// atau di-zombie-kan// Ada juga yang difosilkan// atau di-antik-kan// Uang kertas menjadi topi// Bagi kepala yang berisi jerami.// Reaktor nuklir menjadi tempat ibadah// di mana bersujud kepala-kepala hampa// yang disumpal bantal tua// Kemakmuran lebih dihargai// dari kesejahteraan// Dan kekuasaan// menggantikan kebenaran// Ya, Allah// Lindungilah anak cucuku//

Lindungilah mereka// dari berhala janji-janji,// dari hiburan yang dikeramatkan,// dari iklan yang dimythoskan,// dan dari sikap mata gelap// yang diserap tulang kosong//

Ya, Allah// Seorang anak muda// bertanya kepada temannya// “Kemana kita pergi ?”// Dan temannya menjawab: “Kemana saja.// Asal jangan bertanya untuk pulang.”// Daging tidak punya tulang,// untuk bertaut// Angin bertiup// menerbangkan catatan alamat// Dan rambu-rambu di jalan// Sudah dirusak orang.// Ya, Allah// Lindungilah anak cucuku//

Lindungilah mereka// dari kejahatan lelucon// tentang Chernobyl dan Hirosima// dari heroin// yang diserap lewat ciuman// dari itikat buruk// yang dibungkus kertas kado// dan dari ancaman tanpa makna//

Ya, Allah// Kami dengan cemas menunggu// kedatangan burung dara// yang membawa ranting zaitun// Di kaki bianglala// leluhur kami bersujud dan berdoa// Isinya persis seperti doaku ini// Lindungilah anak cucuku// Lindungilah daya hidup mereka// Lindungilah daya cipta mereka// Ya, Allah, satu-satunya Tuhan kami// Sumber dari hidup kami ini// Kuasa yang tanpa tandingan// Tempat tumpuan dan gantungan// Tak ada samanya// di seluruh semesta raya// Allah, Allah, Allah

KETENTUAN LOMBA SAYEMBARA SASTRA

Untuk Seluruh Mahasiswa FKIP UNS
1. MENULIS PUISI
a) Tema bebas
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out
e) Karya dikirim langsung ke Sekretariat HIMPROBSI gedung E FKIP UNS beserta contact person peserta lomba.
2. MENULIS ARTIKEL
a) Tema sastra
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out
e) Karya dikirim langsung ke Sekretariat HIMPROBSI gedung E FKIP UNS beserta contact person peserta lomba.
3. MENULIS CERPEN
a) Tema sastra
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out
e) Maksimal 7 halaman
f) Karya dikirim langsung ke Sekretariat HIMPROBSI gedung E FKIP UNS beserta contact person peserta lomba.
4. MEMBACA PUISI
a) Peserta lomba baca puisi hadir di Gedung E Lantai 3 FKIP UNS (gedung perkuliahan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Hari Selasa, 26 April 2011 Pukul 07.30 WIB-selesai.
b) Babak Penyisihan:
 Peserta lomba baca puisi, membacakan satu puisi wajib dari panitia.
Puisi wajib:
A. Siap Sedia (Chairil Anwar)
B. Brida Kusumba (Taufik Ismail)
C. Rakyat (Hartoyo Andajaya)
D. Malam Teluk (Abdul Hadi W.M)
c) Babak final:
 Peserta lomba hanya membacakan puisi wajib dari panitia dan sebuah puisi sendiri dari masing-masing peserta.
Puisi wajib:
A. Cerita Buat Dintamila (Chairil Anwar)
B. Kembalikan Indonesia Padaku (Taufik Ismail)
C. Doamu Anak Cucuku (W.S Rendra)

KETENTUAN LOMBA SAYEMBARA SASTRA

Siswa SMA Se-Surakarta

1. MENULIS PUISI
a) Tema bebas
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out

2. MENULIS ARTIKEL
a) Tema sastra
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out

3. MENULIS CERPEN
a) Tema sastra
b) Ketik komputer
c) Pendaftaran tidak dibatasi
d) Naskah dikirim berupa print out
e) Maksimal 7 halaman

4. MEMBACA PUISI
a) Peserta lomba baca puisi hadir di Gedung E Lantai 3 FKIP UNS (gedung perkuliahan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Hari Selasa, 26 April 2011 Pukul 07.30 WIB-selesai.
b) Setiap SMA mengirimkan lomba baca puisi maksimal 2 siswa
c) Babak Penyisihan:
 Peserta lomba baca puisi, membacakan satu puisi wajib dari panitia.
Puisi wajib:
A. Siap Sedia (Chairil Anwar)
B. Brida Kusumba (Taufik Ismail)
C. Rakyat (Hartoyo Andajaya)
D. Malam Teluk (Abdul Hadi W.M)
d) Babak final:
 Peserta lomba hanya membacakan puisi wajib dari panitia dan sebuah puisi sendiri dari masing-masing peserta.
Puisi wajib:
A. Cerita Buat Dintamila (Chairil Anwar)
B. Kembalikan Indonesia Padaku (Taufik Ismail)
C. Doamu Anak Cucuku (W.S Rendra)